Kuningan News - Raja Ampat, surga wisata Indonesia yang terkenal dengan keindahan alamnya, kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas tambang nikel yang merambah wilayahtersebut. Kawasan ikonik seperti Piaynemo dan Wayag yang selama ini menjadi kebanggaan Indonesia, kini terancam oleh kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi tambang. Kabid LH-HAM HMI Cirebon Muhammad Akramul Farhan telah bersuara menanggapi isu ini, menyerukan perlindungan terhadap ekosistem yang ada.
Aktivitas tambang nikel yang berlangsung di Pulau Kawe, Pulau Gag, dan Pulau Manuran berpotensi merusak ekosistem darat dan laut di Raja Ampat. Lubang-lubang tambang yang ditinggalkan dapat menimbulkan pencemaran tanah dan air, yang berdampak langsung terhadap keanekaragaman hayati yang menjadi daya tarik utama kawasan ini.
“Kami sangat prihatin dengan kondisi ini. Raja Ampat adalah rumah bagi banyak spesies langka, dan kita tidak bisa membiarkan kerusakan ini terjadi,” ungkap Farhan.
Di balik keindahan alam Raja Ampat, terdapat ancaman yang mengintai. Keberadaan tambang nikel tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata dan perikanan.
“Kami ingin menekankan pentingnya keberlanjutan. Ekosistem yang sehat akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan keuntungan jangka pendek dari tambang,” tambahnya.
Pemerintah diharapkan bisa lebih tegas dalam mengatur izin tambang dan memastikan bahwa aktivitas ekonomi tidak merusak lingkungan.
“Kita perlu kebijakan yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat. Jangan sampai keuntungan ekonomi mengorbankan keindahan alam yang sudah menjadi warisan budaya kita,” tambahnya.
Sebagai bentuk dukungan, berbagai masyarakat juga meluncurkan kampanye #SaveRajaAmpat di media sosial Instagram, mengajak masyarakat untuk menyebarkan kesadaran tentang pentingnya melindungi Raja Ampat dari pencemaran. (KN-12)