Kuningan News - Di tengah dunia yang semakin bising oleh berita buruk, konflik dan konten negatif, kita semua pasti merasa jenuh atau lelah. Hidup di era digital ini membuat informasi datang tanpa henti. Namun sayangnya, tidak semuanya membawa ketenangan. Semakin banyak orang yang kehilangan arah, kehilangan semangat, bahkan sampai ada yang kehilangan makna hidup. Tapi tahu gak sih? Di saat seperti inilah kebaikan menjadi sesuatu yang sangat berharga dan sangat dibutuhkan.
Menyampaikan kebaikan dalam Islam tidak selalu harus dilakukan di atas mimbar, pengajian, atau majelis taklim saja, melainkan kapan pun dan dimana pun bisa kita lakukan. Mungkin sebagian orang merasa belum pantas menyampaikan kebaikan karena merasa ilmunya masih sedikit, atau takut dianggap sok suci. Padahal, kebaikan tidak harus besar dan sempurna. Islam mengajarkan kita bahwa sekecil apapun kebaikan jika diniatkan karena Allah, maka nilainya akan tetap luar biasa. Rasulullah SAW pernah bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Artinya: “Janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan, meskipun hanya saat bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim)
Berarti senyum yang tulus, menyapa teman, menahan komentar yang buruk, atau mengatakan kalimat yang menyentuh hati baik secara langsung maupun di media sosial, semuanya bisa menjadi ladang pahala. Sekecil apapun kebaikan yang kita sebarkan bisa menjadi dampak yang besar bagi orang lain. Jangan remehkan peranmu, kamu mungkin bukan ustadz atau da’i yang terkenal, tapi kamu bisa menjadi alasan seseorang untuk bisa mengenal Allah lebih dekat.
Banyak orang yang menerima kebaikan itu cenderung ingin membalasnya atau meneruskannya. Inilah efek domino yang sangat positif. Meskipun kamu hanya sekali berbuat baik, energinya bisa menyebar tanpa batas. Dan ketika kebaikan itu terus menyebar, maka pahala itu akan terus mengalir meskipun kamu sudah tiada. Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW, yaitu:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya:”Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
“Boleh nggak sih ngajak kebaikan, kalau diri sendiri masih banyak salah?” pertanyaan yang sering muncul di kalangan masyarakat. Jawabannya, tentu saja boleh, kita tidak harus sempurna dulu untuk menyebarkan kebaikan. Bahkan Rasulullah pernah bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Artinya:”Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)
Jadi, siapapun yang tahu kebenaran atau kebaikan, bahkan hanya satu ayat saja, itu sudah cukup menjadi alasan untuk menyampaikannya. Dan untuk menyebarkan kebaikannya itu bisa dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya para ustadz, kiai atau ulama. Jangan tunggu sempurna untuk menyebarkan kebaikan, karena kita semua sedang berproses. Dengan terus menyampaikan kebaikan, kita akan menguatkan diri sendiri untuk terus belajar dan terus memperbaiki diri.
Bayangkan jika dunia ini hanya diisi oleh keheningan, ketidakpedulian, dan keburukan. Maka yang menjadi tugas kita sekarang adalah menghidupkan kembali semangat saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, seperti firman Allah:
(3) وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:”Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)
Jadilah orang yang menebar harapan, bukan ketakutan. Sebarkan kebaikan dengan secara lembut, bukan dengan menghakimi. Niatkan semua karena Allah, bukan untuk mencari validasi atau popularitas. Menyebarkan kebaikan bukan hanya kewajiban, tapi ia adalah bentuk nyata bahwa kita peduli terhadap dunia dan generasi setelah kita.
So, daripada kita menunggu orang lain untuk menyebarkan kebaikan. Mari kita mulai dari kita sendiri untuk menyebarkan kebaikan, Karena siapa tahu satu kalimatmu hari ini, bisa menjadi seseorang kembali ke jalan Allah. (KN-12)
Oleh: Isyah Nur Haisyah
Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Husnul Khotimah