Kuningan News - Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, mendakinya menjadi daya tarik bagi banyak pecinta alam dan pendaki dari berbagai wilayah. Keindahan alam yang ditawarkan oleh Ciremai memang memukau, namun harga tiket masuk yang dibandrol sekitar 125 ribu rupiah + 10 ribu untuk parkir menimbulkan pertanyaan di kalangan pengunjung. Dalam karcis yang diterima, tertera rincian harga yang cukup kompleks, dengan total 85 ribu rupiah.
Rincian tersebut meliputi tiket jasa wisata pendakian sebesar 48.500 rupiah, asuransi 1.500 rupiah, tiket masuk pengunjung umum 15.000 rupiah, pungutan kegiatan wisata alam 20.000 rupiah, dan biaya parkir sebesar 10.000 rupiah untuk satu motor. Meskipun harga tiket tampak tinggi, banyak pendaki yang tetap rela membayar demi menikmati pemandangan dan pengalaman mendaki yang luar biasa.
Keindahan Gunung Ciremai memang sebanding dengan biaya yang harus dibayar. Pemandangan alam yang spektakuler, udara segar, dan pengalaman menaklukan ciremai yang tak terlupakan merupakan hal yang tidak terbayarkan. Namun, pertanyaan besar muncul di benak para pendaki, Apakah biaya yang dibayarkan akan dikelola dengan baik dan bijak?
Mengingat banyaknya tiket yang dibayarkan oleh para pengunjung, masyarakat berharap agar dana tersebut digunakan untuk pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata. Banyak pendaki yang ingin melihat peningkatan infrastruktur, seperti jalur pendakian yang lebih baik, fasilitas umum yang memadai, dan program konservasi alam yang lebih efektif.
Beberapa pendaki menyampaikan harapan mereka bahwa biaya tiket ini tidak hanya sekadar menjadi sumber pendapatan, tetapi juga sebagai investasi untuk menjaga keindahan Ciremai agar tetap lestari. "Semakin kesini semakin naek aja harga tiket masuknya, demi menikmati ciremai kita gapapa, asal dipakai dengan bijak aja dana nya,” ungkap Budi salah satu pendaki saat ditemui di basecamp.
Selain itu, perhatian terhadap lingkungan juga menjadi isu penting. Pendaki ingin melihat adanya program-program yang mendukung pelestarian alam, seperti pembersihan jalur pendakian dan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan. "Coba ini sehari kayanya ada 50 orang mah yang muncak atau ke cigowong, kalo bisa anggaran yang sebanyak itu juga dipakai untuk peningkatan fasilitas atau adakan penyuluhan pemeliharaan lingkungan oleh yang bersangkutan,” tambahnya.
Dengan tingginya minat masyarakat untuk mendaki Gunung Ciremai, diharapkan pengelola dapat menghadirkan transparansi dalam pengelolaan dana yang diperoleh. Hal ini penting agar semua pihak merasa mendapatkan manfaat dari biaya yang dibayarkan. (KN-12)