Langsung ke konten utama

Perjuangan & Pembangunan Cisantana dari Masa ke Masa

 


I. Asal Usul Nama Cisantana & Tokoh Pendirinya.

Nama Cisantana diambil dari bahasa pewayangan, yakni, dari kata “Cis” dan “Santana”. Cis artinya keris, sedangkan Santana adalah menak/pangagung /bangsawan. Jadi kalau digabungkan Cisantana adalah keris milik seorang pangagung/ bangsawan, atau juga bisa berarti seorang pangagung / bangsawan/ menak dengan kerisnya,  yang melambangkan pamor kebangsawanan, pemberani, dan menunjukkan orang-orang Cisantana ini punya trah bangsawan/ningrat, berwibawa, berpendidikan.

Menurut cerita leluhur, Cis = keris dari seorang bangsawan/menak tersebut melayang dan jatuh di blok pangbadakan/sekarang blok Cimantri sebelah utara Dusun Malaraman, dahulu disana tempatnya pangguyangan badak (badak mandi lumpur) dan dari Pena/ pulpen yang sering dipakai menulis oleh bangsawan tersebut terbanglah ke Panulisan, maka  sangatlah kental ada istilah Cisantana- Panulisan.

Wilayah  Kabupaten Kuningan, sudah disebut dalam jaman kerajaan Sunda pajajaran, sampai dengan jaman kerajaan galuh Pakuan saat Islam mulai masuk di tanah pasundan, karena Kuningan merupakan jalur lintasan antara kerajaan Galuh Pakuan yang berada di Panjalu Kabupaten Ciamis dan Wilayah pesisir pantai Cirebon, berlanjut pada kepemimpinan kesultanan yang  dimulai  jauh sebelum masa sebelum kemerdekaan dan masa penjajahan belanda (VOC) sekitar tahun 1700- 1800 an  Masehi yang diprakarsai oleh beberapa tokoh  sepuh yang diutus oleh Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)  beberapa tokoh tersebut yaitu Pangeran Mas Madu Dijaya, Mbah Semut, Ma Sanggem, Mbah Taluk,  yang dipimpin oleh Raden Arya Kemuning, yang berkedudukan di Cisantana (Dusun Cisantana).

Bukti keberadaan 4 tokoh sepuh tersebut adalah adanya makam, dan petilasan 1 makam Pangeran Mas Madu Dijaya berada di blok Lunjuk, 2 makam Mbah Semut dan Ma Sanggem berada di blok Lunjuk, samping bekas Kantor Koperasi Dewi Sri Bahagia, 1 Makam mbah Taluk berada di blok RT 01 Dusun Cisantana, (blok Tunggul Limus), 

Pada masa Kesultanan Cirebon, di tahun 1800 an, telah hadir beberapa tokoh Sepuh yang mengambil peran dan mendirikan Padepokan di wilayah lereng gunung Ciremai, yang sekarang di sebut Depok Palutungan… dahulu masyarakat disana tinggal didaerah wilayah Cigowong, Gunung Pucuk, dan akhirnya turun ke wilayah Parenca Palutungan serta di blok Kubang Palutungan dulu dikenal dengan Dawuan, struktur tatanan masyarakat yang sudah terbentuk berkembanglah menjadi sebuah Desa Palutungan dengan Kuwu pertama Bernama Natadisastra (Alias Abah Kuwu Asma), dengan Balai Desanya saat ini ditempati/didirikan bangunan sekolah SDN 3 Cisantana (SD Inpres Palutungan), sedangkan musholanya bertempat di Masjid lama Palutungan saat ini. 

Pada sekitar tahun 1912 1925 pada masa itu Abah Kuwu Asma (Natadisastra) Kuwu Palutungan sering mendapat kunjungan langsung dari SULTAN MUHAMMAD NURUS Keraton Kanoman  Cirebon dengan menggunakan kereta kuda. Setelah Abah Kuwu Asma (Natadisastra) wafat, (dimakamkan di Pemakaman Depok Palutungan) kemudian  digantikan oleh Putranya  Kertadisastra sampai beliau wafat dan dimakamkan di blok Jambu, blok Erpatu (posisi sekarang berada di bawah kedai kopi kolam kita palutungan).

II. Masa Kedatangan Belanda & Perjuangan Kemerdekaan

Seiring perkembangan dinamika tata pemerintahan, di wilayah Kecamatan Kuningan pada tahun 1819  berdiri  Desa Cigugur, dan dikuti berdiri pula dengan berkembang tata pemerintahan di Desa Puncak, Desa Cisantana dan Desa Palutungan (note : belum diketahui tahun berdirinya Desa Cisantana, Palutungan dan Desa Puncak pada saat itu ).

Menurut sejarah, Belanda masuk ke  Cisantana sekitar tahun 1825 dan dipimpin oleh Jenderal yang bernama Tuan Rosen dan Wiliamsi. Kedatangan mereka untuk menguras hasil bumi masyarakat Desa Cisantana dan Desa Palutungan dengan mengembangkan wilayah dengan cara membuat jalan dari Desa Cigugur hingga ke Palutungan dan membuat area perkebunan kopi dan perkebunan  teh beserta dengan pabriknya .

Perjuangan melawan Belanda pada masa itu dipelopori oleh para tokoh-tokoh diantaranya  2 orang pemberani yakni Eyang Panulisan dan Eyang Depok (Abah Kuwu Asma/Natadisastra). Eyang Panulisan memiliki keahlian dalam bidang mencermati, sedangkan Eyang Depok sebagai seorang ahli strategi & spiritual yang linuwih/pemberani. Bukti otentik adanya kedua tokoh ini yaitu adanya makam eyang Panulisan terletak  pemakaman keramat  panulisan di Palutungan selatan dan makam Eyang Depok terletak di pemakaman Depok serta ada satu lagi makam kuno dengan batu nisan yang panjang dinamakan makam Raja Kasabrangan, yang sampai dengan saat ini belum diketahui asal usulnya. Adapun lokasi tersebut berada di tanah GG Desa Cisantana, blok Depok Palutungan.

Setelah sekian lama Belanda menjajah, kemudian wilayah cisantana tersebut dijajah pula oleh Jepang tepatnya pada tahun 1942. Mereka  merusak pabrik teh yang didirikan oleh Belanda di palutungan.

Sekitar  tahun 1942 berdasarkan hasil rapat para kuwu di tiga desa (Desa Puncak, Desa Cisantana dan Desa palutungan) bersama Camat Kuningan pada saat itu, sesuai hasil rapat dan arahan Pak Camat pada saat itu, disatukanlan ke tiga (3) Desa tersebut yaitu Desa Cisantana dan Desa Puncak dan Desa Palutungan, menjadi satu kesatuan wilayah Desa, dengan dilebur menjadi Desa  Puncak.

Dari masa Penjajahan Jepang tahun 1942 sampai dengan masa kemerdekaan Desa  Cisantana, dan Desa Palutungan yang dilebur ke dalam wilayah Desa Puncak baru dilakukan pamekaran kembali  menjadi Desa Cisantana pada tahun 1979 dan SK

Pamekaran Desa Cisantana dari Desa Puncak baru dikeluarkan  pada 29 September

1980.

III. Masa Setelah Kemerdekaan  & Pagar Betis (1945 – 1980)

 Pada tahun 1951 terjadi Pembakaran rumah-rumah di  Palutungan oleh adanya  Gerakan separatis DI TII Sekarmaji Karto Suwiryo di daerah Lereng Gunung Ciremai, diantaranya daerah Palutungan dan masyarakat Palutungan  pindah dari Palutungan ke bawah karena pembakaran rumah -rumah warga saat itu dan hanya tersisa tiga rumah warga, sebagai bentuk perhatian dari pemerintah serta upaya masyarakat didalam membantu menumpas Gerakan separatis DI TII, di Gunung Ciremai dengan dibagikannya kavling pemukiman kepada warga palutungan saat itu. sekitar 200-an Kepala Keluarga, secara merata mendapat lahan pemukiman seluas 14 Bata (I bata = 1x14 M) untuk setiap KK. 

Masyarakat berharap mendapat keamanan di wilayah yang baru ini (Supaya aman; Malar Aman), maka itulah asal usul nama Malar Aman (Supaya Aman). Setelah dirasa aman, tahun 1952 sebagian warga ada yang Kembali ke Palutungan dan disebut dengan istilah Lembur Midua, (Palutungan dan Malar aman) sebagian warga yang mengungsi kembali lagi ke atas ke Palutungan, Adapun penamaan blok kebun kopi dimulai pada saat pagar betis (DI TII)  yang terdiri dari nama- nama wilayah asal para pelaku pagar betis saat itu sesuai dengan wilayah yang terjadwal di pagar betis (Kopi Wakuwu, Kopi Arben, Kopi Cigugur, kopi Gewok, Kopi Gandasoli, Kopi Bojong, Kopi Nanggerang, kopi Cilaja, Kopi Ragawacana, Kopi Cirendang, Kopi Padarek,Kopi Walangsi, Kopi Gandok). 

Di Cisantana pada tahun 1955 sudah ada/ berjalan kegiatan sekolah dasar (SD) dengan Ibu guru Supri (Alm) sebagai pengajarnya dan Sekolah bertempat dikediamannya, samping masjid Nurul Hidayah Cisantana saat ini, kemudian tahun 1958 pindah sekolah ke Rumah Bpk guru Saleh (alm) dan pada  tahun 1959 pindah ke Gedung SD yang baru tepatnya SDN Cisantana 1 saat ini, Sejak pecahnya konflik bersenjata antara Tentara Nasional Indonesia dengan gerakan separatis bersenjata DI/TII pimpinan Kartosuwiryo, rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia bahu-membahu mempersempit ruang gerak DI/TII. Puncaknya pada tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap, setelah masa Gerakan Separatis DI TII Sekarmaji Kartosuwiryo pada tahun 1951 sampai dengan  1562, maka berakhirlah masa pagar betis yang ada di wilayah Masyarakat desa disekitar lereng gunung Ciremai. Karena wilayah Desa Puncak yang terlalu luas maka pada tahun 1979 dimekarkanlah Cisantana menjadi  menjadi Desa Kembali dari Desa Puncak, dengan

SK Pamekaran Bupati Kuningan No. 973/HK021.1./SK/A/IX/1980  tanggal 29

September tahun 1980, dipimpin oleh kepala desa yang bernama H. Emon Sutono. 

Pada saat inilah Desa Cisantana mulai berkembang, dulu jalan masih berupa tanah dan bebatuan namun pada tahun 1981 jalan mulai diaspal, kemudian tahun 1982 listrik masuk desa, pengairan, pembangunan dan perekonomian rakyat membaik dan berkembang dengan pesat, dimana Desa Cisantana menjadi penghasil tanaman pangan Padi Huma dan sayuran hortikultura sampai dengan sekarang.

Sebelum tahun 1982 sebelum listrik masuk desa, masyarakat menggunakan 12 buah diesel untuk menghasilkan listrik. Sistem pengairan menggunakan pipa karet, kemudian beralih menggunakan pipa paralon, terus berkembang hingga sekarang menggunakan pipa besi, dan PE.

Kantor Pemerintahan Desa beralih dari lokasi lama di Depan Masjid Nurul Hidayah Desa Cisantana ke lokasi yang baru pada awal pembangunan pada tahun 2004 dan mulai pindah dibalai desa baru pada tahun 2005., dan alhamdulillah berkembang sampai dengan sekarang.

Penulis : Padli Nur Fitrah (Mahasiswa Teknik Pangan Unisa Kuningan)

HOT NEWS

Potret Kekayaan 7 Pengusaha di Kabupaten Kuningan

Kuningan News - Kabupaten Kuningan, meski dikenal dengan keindahan alam dan wisata pegunungannya, juga merupakan rumah bagi beberapa pengusaha yang sukses di berbagai sektor bisnis. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa Kuningan memiliki potensi ekonomi yang berkembang pesat, dipicu oleh inovasi dan ketekunan para pelaku usaha lokal. Salah satu sektor yang dominan di wilayah ini adalah ritel. Beberapa toserba besar menjadi andalan masyarakat Kuningan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para pengusaha yang sukses di sektor ini berhasil mengelola jaringan ritel yang luas dan berkontribusi signifikan terhadap roda perekonomian daerah. Keberhasilan mereka tak lepas dari strategi bisnis yang tepat dan kemampuan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang dinamis. Selain ritel, sektor properti dan konstruksi juga menjadi pilar penting bagi perekonomian Kuningan. Beberapa perusahaan besar di bidang ini terlibat dalam pembangunan infrastruktur yang tidak hanya bermanfaat bagi daerah, tetapi...

Dapat Banpem, TBM Hipapelnis Kuningan Gelar Pelatihan Wicara Publik

Kuningan News – Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Hipapelnis Kuningan bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, menggelar Pelatihan Gelar Wicara Publik (Public Speaking) di ruang Perpustakaan Universitas Bhakti Husada Indonesia (UBHI) pada Sabtu (20/9/2025). Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari berbagai latar belakang, yang antusias untuk mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum. Dalam acara tersebut, Widia Rindi Antika, seorang alumni UBHI, berhasil meraih penghargaan sebagai Peserta Terbaik. Sementara itu, Carmelita de Fatima Bobo, mahasiswi UBHI asal Timor Leste, meraih Juara ke-3 dan mendapatkan penghargaan khusus sebagai penerima manfaat kategori Penutur Bahasa Asing. Prestasi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi UBHI dan menunjukkan kualitas mahasiswa yang siap bersaing di tingkat internasional. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan hangat dari Jaenal Mutakin, Ketua TBM Hipap...

Kualitas Udara Sudah Bagus! Bupati Dian Soroti Masalah Pencemaran Air di Kuningan

  Kualitas Udara Sudah Bagus! Bupati Dian Soroti Masalah Pencemaran Air di Kuningan (foto: raqib) Kuningan News - Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., mengungkapkan keprihatinan serius terhadap kondisi pencemaran air di Kabupaten Kuningan. Dalam pernyataannya kala ditemui pada Sabtu (29/11/2025), Bupati Dian menyatakan meskipun Kuningan dinobatkan sebagai salah satu kabupaten dengan kualitas udara yang baik, masalah pencemaran air, terutama di sungai-sungai, menjadi perhatian yang tidak dapat diabaikan. Ia menekankan keberadaan tempat-tempat wisata yang banyak di Kuningan seharusnya didukung dengan lingkungan yang bersih dan sehat. Kondisi kabupaten yang banyak dilengkapi dengan potensi wisata patut disyukuri. Sangat disayangkan jika masih ada isu sampah yang terabaikan. Ini tentu akan mencemari air dan merusak keindahan alam yang ada di Kuningan. “Lingkungan Kuningan memang sangat indah, dengan udara yang bersih. Namun, isu pencemaran air, khususnya di sungai-sunga...

Anak Muda Digembleng Pendidikan Karakter dan Wawasan Kebangsaan Selama Tiga Hari Kedepan!

  Pembukaan Pendidikan Karakter dan Wawasan Kebangsaan secara simbolis oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj. Tina Wiryawati, S.H., M.M., dari Dapil Jabar XIII Kuningan News - Kegiatan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) bekerja sama dengan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj. Tina Wiryawati, S.H., M.M., dari Dapil Jabar XIII, resmi dimulai. Acara ini dilaksanakan di Villa De La Tina, Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kuningan selama tiga hari, dari tanggal 25 hingga 27 November 2025. Hari ini Selasa (25/11/2025), merupakan hari pertama sekaligus grand opening untuk kegiatan tersebut, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh penting. Di antaranya adalah Hj. Tina Wiryawati, Kepala Bakesbangpol Jawa Barat, Drs. Wahyu Mijaya, S.H., M.Si., dan Kabid Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, R. Roni Sukmayapanji K., S.H., M.Si. Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh audiens dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasisw...

Top 8 Penghasil Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan

  Kuningan News - Kabupaten Kuningan dikenal memiliki potensi pertanian yang kaya, terutama dalam hal produksi ubi jalar. Daerah ini memiliki berbagai kecamatan yang berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan ubi jalar, baik untuk konsumsi lokal maupun regional. Berikut adalah tujuh kecamatan di Kabupaten Kuningan yang mencatat produksi tertinggi untuk komoditas ubi jalar. 1. Kecamatan Cilimus Kecamatan Cilimus berada di peringkat pertama sebagai penghasil ubi jalar terbesar di Kabupaten Kuningan. Dengan produksi sebesar 45.702 ton, Kecamatan Cilimus menyumbangkan hampir setengah dari total produksi ubi jalar di wilayah ini. Kondisi tanah yang subur dan teknik pertanian yang optimal menjadikan Cilimus sebagai sentra utama produksi ubi jalar. 2. Kecamatan Cigandamekar Posisi kedua ditempati oleh Kecamatan Cigandamekar dengan total produksi mencapai 28.966 ton. Daerah ini dikenal dengan pertanian yang beragam dan kualitas ubi jalar yang baik, sehingga mampu bersaing dengan ...

Berapa sih Penghasilan Tukang Parkir Minimarket?

Tukang parkir sedang mengatur kendaraan. (Foto: hipwee.com) Kuningan News - Berapa penghasilan tukang parkir di Kabupaten Kuningan? Untuk mengetahui hal tersebut reporter Kuningan News mewawancarai dua tukang parkir di salah satu gerai Alfamart. Tukang parkir tersebut meminta kepada reporter untuk tidak mencantumkan namanya, kita sebut saja Rudi dan Firman. Karena narasumbernya adalah tukang parkir di gerai Alfamart, artinya penghasilan tukang parkir yang dimaksud adalah tukang parkir di minimarket, bukan tukang parkir secara keseluruhan.  Dalam satu hari, Rudi mendapatkan penghasilan sekitar Rp60.000-Rp100.000 per hari, tergantung dari ramainya kendaraan yang berkunjung. "Paling sepi 60 ribu, kalo emang rame  bisa sampe  100 ribu," jelasnya, Selasa (9/8/2022). Dari penghasilan tersebut sebanyak Rp10.000-Rp15.000 disetorkan kepada organisasi yang mengatur perizinan tukang parkir. " Kalo siang dipotong 10 ribu, kalo malem  15 ribu. Soalnya lebih rame malem ," jela...

12 Medali Dikantongi Tri Sukma Jati Kuningan Pada Kejuaraan Pencak Silat Kuningan Melesat “Bupati Cup 2025”

Kuningan News – Perguruan Pencak Silat Tri Sukma Jati Kuningan menunjukkan performa terbaik dalam Kejuaraan Pencak Silat Kuningan Melesat “Bupati Cup” 2025. Kejuaraan ini digelar pada Selasa (1/7/2025), di GOR Ewangga, Kuningan, dan diikuti oleh sekitar 550 atlet dari berbagai daerah. Ajang bergengsi ini menjadi panggung kompetitif bagi pesilat muda untuk menunjukkan kemampuan mereka. Tri Sukma Jati mengirimkan 12 atlet terbaiknya yang berasal dari berbagai jenjang usia, mulai dari usia dini hingga dewasa. Kehadiran mereka di kejuaraan ini tidak hanya untuk bertanding, tetapi juga untuk membangun mental juang dan memperluas pengalaman bertanding. Ini adalah langkah penting dalam pembinaan karakter dan kepercayaan diri para atlet. Yusuf, selaku pelatih Tri Sukma Jati, menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya kejuaraan ini. “Alhamdulillah, event ini sangat bermanfaat bagi para atlet. Mereka mendapatkan pengalaman bertanding yang berharga sekaligus memperkuat mental saat berada ...