![]() |
Kencleng Widarasari Kecamatan Kramatmulya. |
Kuningan News - Di saat Jawa Barat mulai digerakkan melaksanakan program Sapoe Saribu yang digagas KDM melalui surat edaran Gubernur Jawa Barat, beberapa daerah ternyata sudah punya pola gotong royong seperti itu terlebih dahulu.
Salah satunya adalah Desa Widarasari, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, yang punya tradisi Kecleng atau Keropak Celengan yang artinya kegiatan rereongan warga.
Kecleng atau Rereongan Warga merupakan wujud nyata kepedulian dan solidaritas sosial masyarakat Desa Widarasari dibawah pimpinan Kepala Desa Parhan Abdullah Syafi'i, S.Pd.
Teknisnya sederhana namun sarat makna — setiap rumah memiliki celengan kecil yang terbuat dari bekas gelas air mineral dan ditempel di depan rumah warga. Celengan ini diisi secara sukarela oleh warga dengan nominal seikhlasnya, biasanya antara Rp1.000 hingga Rp2.000 bahkan lebih, kegiatan ini sudah berlangsung selama 4 tahun hingga sekarang.
![]() |
Kencleng Warga Desa Widarasari Kecamatan Kramatmulya. |
Menariknya, kegiatan ini terhubung dengan ronda malam warga. Saat petugas Linmas dan warga melakukan ronda, mereka juga berkeliling mengambil Kecleng atau rereongan dari setiap rumah. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk berbagai keperluan sosial dan kegiatan bersama, sebagai simbol kebersamaan, keamanan, dan kepedulian antarwarga.
Biasanya, dana terkumpul digunakan untuk ta'jiah, meringankan biaya warga yg sakit, kegiatan sosial keagamaan, dan kebutuhan peralatan kampung tanpa menunggu anggaran dari negara. Transparansi pengelolaan juga dilakukan dengan setiap bulan, dimana pemasukan - pengeluaran ditempel di pos ronda agar masyarakat juga dapat mengakses informasi tersebut.
Tradisi ini tidak hanya memperkuat rasa aman dan persaudaraan, tetapi juga menjadi contoh nyata bahwa budaya gotong royong masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern.
Dengan semangat Rereongan Warga, Desa Widarasaari nampaknya ingin menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur kebersamaan dapat tumbuh dari hal-hal sederhana, asal dilakukan dengan niat tulus dan konsisten.
"Kami percaya, dari uang seribu rupiah yang dikumpulkan dengan keikhlasan, bisa tumbuh kekuatan besar untuk membangun desa,” ujar Kepala Desa Widarasari, Parhan Abdullah Syafi'i.
Ia juga berharap, semangat Rereongan Warga ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Jawa Barat, bahkan di seluruh Indonesia, untuk terus menjaga nilai-nilai gotong royong dan kemandirian masyarakat. (KN-7)