Dari Pencuri Buku Menjadi Penjual Buku (3) - Kuningan News

Senin, 15 Agustus 2022

Dari Pencuri Buku Menjadi Penjual Buku (3)

Heri Pahlawan, penjaga sekaligus pemilik toko buku Gehenna, Minggu (14/8/2022). (Foto: Tri Asep)

Kuningan News - Heri Pahlawan, penjaga sekaligus pemilik Toko Buku Gehenna yang berlokasi di Jalan Dipati Ewangga No. 11 Kuningan, menceritakan kepada reporter Kuningan News bahwa ketika sekolah dia sering mencuri buku teman-temannya demi membeli tiket konser musik rock.

"Buku temen-temen saya curi, saya jual lagi, duitnya buat nonton konser rock," ungkap Heri, saat diwawancarai di tokonya pada Minggu (14/8/2022).

Heri sangat mencintai musik rock, bahkan nama Gehenna sendiri diambil dari nama band rock yang pernah dia dan teman-temannya bentuk saat SMA.

"Masa-masa remaja, SMA, kan suka musik rock. Sama temen-temen bikin band tapi belum tau namanya apa. Kalo band rock kan gitu ya namanya, yang mengandung hantu, mengandung setan," jelasnya.

Nama Gehenna memiliki arti yang menurut pengakuan Henri sendiri tidak baik, Gehenna artinya neraka. Dia dapatkan nama itu ketika sedang membaca buku tentang agama Kristen di rumah temannya.

"Jadi saya baca-baca tuh. Kalo dalam Kristen, gehenna artinya tempat orang-orang yang terbuang atau neraka lah," kata dia.

Dia tidak berniat mengganti nama toko bukunya, dia jadikan nama itu sebagai pengingat tentang keberadaan neraka agar terus berbuat baik.

"Pernah ada pendeta yang datang ke sini. Dia nanya kan, namanya bagus nih, tau artinya? Iya tau, Pak, enggak apa-apa ya buat mengingatkan saya lah biar terus berbuat baik," ungkap Heri sambil tertawa.

Saat ini toko buku Gehenna mulai mengalami kenaikan penjualan setelah sebelumnya mengalami penurunan semenjak pandemi. Dari pantauan reporter Kuningan News saat melakukan wawancara, masih ada beberapa orang yang mengunjungi Gehenna untuk membeli buku.

Berita sebelumnyahttps://www.kuningannews.com/2022/08/penjualan-toko-buku-gehenna-turun-sejak.html

"Pas (awal) pandemi itu penghasilan 10 persen (dari biasanya), sekarang naik lah, jadi 30 persen," kata Heri.

Salah satunya adalah Wafa, siswa SMA yang baru saja membeli buku mengenai sejarah. Dia tidak pernah membeli buku melalui online marketplace karena lebih suka sensasi yang dirasakan ketika membeli ke toko buku langsung.

"Enggak pernah sih (membeli online). Sensasinya beda, kan bisa liat-liat dulu. Kalo online kan enggak tau isinya kayak gimana, kecuali kalo emang udah tau judulnya," kata Abdurrahman Wafa, saat diwawancarai setelah membeli buku, Minggu (14/8/2022). (Tri Asep/habis)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda