Nuzul vs Asril, Soal Diksi “Limbah” Husnul Khotimah - Kuningan News

Jumat, 02 Oktober 2020

Nuzul vs Asril, Soal Diksi “Limbah” Husnul Khotimah


Kuningan News,
Penularan virus corona yang cukup cepat di Ponpes Husnul Khotimah rupanya merembet pada polemik antar politisi di Gedung DPRD Kuningan. Diksi ‘Limbah’ yang digunakan Ketua DPRD, Nuzul Rachdy SE, memicu reaksi dari Ketua F-PKS, H Asril Rusli Muhammad Lc MPd.

Diawal pernyataannya, politisi PDIP pemilik sapaan pendek Zul ini mengatakan, kasus di Husnul Khotimah tergolong kasus yang luar biasa. Maka dari itu, pihaknya meminta kepada pemda untuk melakukan penanganan yang luar biasa pula.

“Bukan hanya sekadar isolasi dalam waktu singkat, 2 minggu. Tapi karena ini komunitas besar, 3000-4000 santri, bisa jadi ini akan terus seperti bola salju. Makanya saya meminta pemda agar menutup Husnul dan segera memulangkan santrinya,” seru Zul.

Ia juga mengungkapkan, sebagai warga Desa Manis Kidul Kecamatan Jalaksana, selama ini desanya merupakan zona aman. Dalam 6 bulan terakhir, tidak mendengar adanya kasus terkonfirmasi covid. Tapi sekarang tiba-tiba meledak, yang menurutnya tanda penanganan yang tidak serius sejak awal.

Dikatakan, komunitas yang sebegitu banyak di Husnul sangat berpotensi tinggi untuk terjadinya penularan karena datang dari mana-mana. 

“Jangan sampai Husnul hanya membawa limbah, (baik, red) limbah wabah dan limbah segalanya.  Jadi saya meminta pemda tegas segera menutup dan memulangkan para santri ini. Jangan sampai masyarakat jadi korban,” pintanya.

Nuzul mengapresiasi pengembangan pendidikan di ponpes tersebut. Namun disisi lain, terdapat kegiatan lain yang berpotensi besar dalam penyebaran virus. Contohnya laundry pakaian. Ribuan potong pakaian dilaundry oleh masyarakat sekitar ponpes, begitu juga catering.

“Kan ada kontak media, dalam hal ini baju. Nah sejak awal saya mengatakan ponpes ini besar, berpotensi dalam penyebaran. Ternyata sekarang kejadian. Dalam penanganannya tidak cukup hanya isolasi 2 minggu. Nanti bisa ada jilid 2, jilid 3. Untuk memutus mata rantai, harus ditutup dan segera memulangkan santri,” tandas Zul. 

Sementara itu, Asril Rusli menyesalkan bahasa ‘limbah’ yang dilontarkan Zul. Dosen di Husnul Khotimah tersebut meminta kepada siapapun termasuk Zul untuk hati-hati menggunakan bahasa. Menurut Asril, itu tidak elok. Mestinya berempati atas terjadinya musibah yang menimpa lembaga pendidikan besar tersebut.

“Musibah tidak diundang dan tidak ada yang mau (ditimpa musibah, red). Jadi, kalau kemarin ada bahasa Husnul penyumbang limbah, harus hati-hati dengan bahasa itu. Kalau tafsirnya limbah penyakit, kan tidak ada lembaga yang pengen sakit. Kami juga gak pengen dapat musibah ini,” ketusnya.

Jika tafsirnya limbah non wabah semisal limbah dapur atau limbah asrama, Asril menegaskan, selama ini limbah tersebut dikelola supaya tidak mencemari sekitar. Limbahnya tidak dibuang ke sungai, yang dibuktikan dengan bersihnya air sungai dan ikan-ikan di kolam warga tidak ada masalah.

“Husnul punya sistemnya (pengolahan limbah, red). Begitu juga Al Multazam. Kalaupun dinilai belum optimal, ya silakan. Husnul siap bekerjasama, bahkan beberapa kali dari Dinas LH datang ke ponpes,” imbuh pria yang juga tinggal di Manis Kidul tersebut.

Kaitan dengan penanganan yang dianggap tidak serius, Asril mengungkapkan di Husnul terdapat klinik dibawah Dinas Kesehatan (Puskesmas setempat). Pelayanan dengan standar klinik pratama dilaksanakan selama ini. Hanya saja diawal disesuaikan dengan standar dan kemampuan. 

Namun dirinya menandai bahwa itu bukan karena penanganan yang belum optimal melainkan komunikasi dengan satgas kabupaten yang kurang baik meskipun klinik Husnul dibawah Dinkes.  

Menanggapi kekhawatiran penyebaran dari kegiatan laundry atau masakan, sejak tanggal 1 Oktober sudah ditutup. Namun dirinya merasa kasihan karena pelaksana kegiatan itu yang sebagian besar masyarakat Manis Kidul jadi kehilangan pekerjaan. 

“Alhamdulillah kita banyak melibatkan masyarakat Manis Kidul. Kan dalam setaun itu RAPBY Husnul diatas Rp100 miliar. Artinya dana sebesar itu dikelola bersama-sama dengan masyarakat. Dilibatkan untuk laundry, juru masak, security dan staf. Cuma untuk tenaga guru dosen ada spesifikasi yang mengharuskan mendatangkan pula dari luar,” paparnya.

Setelah laundry ditutup, Asril merasa kasihan masyarakat berkurang pekerjaan. Pihaknya hanya bisa meminta maaf lantaran saat ini ponpes tengah dilanda musibah. 

Sedangkan kaitan dengan perkembangan pendidikan, Asril bersyukur selama 20 tahun Husnul telah menyumbangkan kontribusi dibidang pendidikan yang ditandai banyaknya prestasi yang ditelurkan. 

Dari pemda sendiri mengakui sebagai sebuah lembaga pendidikan di Kuningan, kontribusi Husnul luar biasa. Banyak diantaranya event MTQ dan event lainnya, utusan Kuningan dari Husnul.

“Selain itu, alumni Husnul telah menyebar kemana-mana. Bahkan ada 3 alumni yang sekarang ikut bursa cabup cawabup di beberapa provinsi. Sehingga ketika melihat medsos ada ucapan ‘limbah’, ramailah grup alumni dari mana-mana. Rencananya mereka akan ke Kuningan,” ucapnya. (derium)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda