Langsung ke konten utama

Kota Cirebon Darurat Banjir: Dikepung Sungai dan Pantai, Perlu Ada Mitigasi Bencana Alam


Kuningan News - Pertama kita masuk ke pembahasan ini mencangup ke dalam pengenalan suatu daerah yang dimana Kota Cirebon ini sangat dikenal dengan Kota budaya dan kekayaannya yang sangat berlimpah, seperti memiliki budaya yang sangat banyak diunggulkan dari pulau jawa lainnya, memiliki berbagai macam kesenian, makanan khas yang beraneka ragam, serta pertanian dan nelayan. Dari sini kita sebagai masyarakat Kota Cirebon tentunya sangat beruntung memiliki daerah yang penuh dengan kekayaan alamnya, yang perlu kita kembangkan sampai masa depan ke anak cucu kita. Nah apakah kita hanya bisa mengunggulkan suatu keberhasilannya saja? Lalu apakah kita dapat bisa memperbaiki apa yang bisa menjadi kekurangan dari suatu daerah khususnya kita sebagai warga/masyarakat Kota Cirebon. Jika iya, mungkin kita bisa melihat atau merefleksikan diri apa yang perlu kita refleksikan selain untuk diri kita, tentu saja kita harus bisa memikirkan di sekeliling kita, contohnya seperti lingkungan sekeliling kita, melihat isu terkini daerah kita dan berani dalam melakukan suatu kebaikan lainnya.

Karena pada dasarnya yang perlu kita refleksikan itu bukan hanya untuk kesadaran diri kita saja, tapi masyarakat/orang disekitar kita itu perlu adanya kesadaran dalam bentuk perefleksian diri, jika semua ini akan terjadi maka hal-hal bentuk lainnya yang berniat untuk menjalankan suatu kebaikan, tentu dapat dipermudah ketika kita menjalaninya  dengan saling sesama atau bisa menjadikan Kota Cirebon yang penuh dengan masyarakat bijaksana, mempunyai kesadaran yang tinggi serta tidak tidur ketika ada isu-isu yang perlu kita benahi/perlu kita perbaiki dan evaluasi. Dari saya sendiri memang perlu adanya evaluasi, ketika suatu mimpi yang sudah terwujud itu tidak jauh pasti ada hal yang perlu kita evaluasi dalam hal apapun itu, khususnya saya sebagai warga Kota Cirebon sangat mendukung ketika semuanya akan terbuka atas isu-isu yang  terbaru saat ini, dan saya juga sangat berpartisipasi untuk memperbaiki Kota Cirebon menjadi Kota yang berhasil lolos dari isu isu buruk.

Ketika sudah mengenal lebih jauh tentang kota ini, saya selaku masyarakat yang lahir di Kota Cirebon sangat terkejut atas adanya isu terkini mengenai tentang Bencana Banjir sering terjadi saat ini, bahkan saya sendiri merasakan langsung di jalan yang sudah terisi dengan air Sungai yang tinggi, hal ini sangat disayangkan Kota yang banyak dikenal sebagai Kota Impian, sekarang harus berubah menjadi kota yang penuh evaluasian. Sebelum membahas isu terkini perlu dikenal juga Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berdekatan dengan laut, dan daratan tinggi perbatasan kuningan, majalengka dan Cirebon. Tentunya hal ini bisa menjadikan Kota Cirebon sangat berpengaruh atas kondisi iklim maupun tempatnya, bisa dibilang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Tengah-tengah dari kota lain di pulau jawa, tidak menutup kemungkinan ketika kita mengkaitkan kembali atas isu terkini adalah Banjir memang ini menjadi salah satu faktor penyebabnya, dan selain itu kesadaran masyarakat yang masih dibilang minim ini bisa juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Lalu apakah kita harus diam saja? Tentunya hal seperti ini kita selaku masyarakat Kota Cirebon harus bisa merefleksikan diri dilingkungan sekitar kita, serta tidak buta dalam menjaga suatu tanggung jawab menjadi warga Kota Cirebon ini, tidak menutup kemungkinan juga ketika kita merasakan suatu keberhasilan maka kita akan lupa pada kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa keberhasilan tersebut.

Sebenarnya bukan hanya kali ini saja, namun sudah sering terjadi sebelumnya tapi kemungkinan besar hanya terjadi ketika curah hujan tinggi dan pada saat air pasang naik di permungkiman pesisir. Setiap hujan deras mengguyur lebih dari satu jam, banyak warga Cirebon sudah berwaspada Mereka tahu air akan datang, menggenangi jalanan, halaman, bahkan memasuki ruang tamu. Sungai-sungai seperti Sungai Ciputih, Singaraja, dan Ciberes sudah tidak lagi mampu menampung debit air yang semakin tinggi. Apalagi jika air laut sedang pasang, banjir rob pun ikut menyerbu dari sisi utara kota. Air datang dari atas hujan, belakang berdekatan dengan sungai, dan depan berdekatan dengan laut. Warga benar-benar berada di posisi tengah yang terjepit. Masalah ini memang tidak muncul tiba-tiba. Penyebabnya sudah menumpuk lama,  sedimentasi sungai yang jarang dinormalisasi, sistem drainase kota yang buruk, saluran air yang tersumbat sampah, dan perubahan tata ruang yang menghilangkan daerah resapan. Kota berkembang akan keberhasilanya, tapi sistem penanganan banjirnya tertinggal. Namun bukan berarti tidak ada kemungkinan hilangnya harapan.

Mitigasi bencana banjir bisa dan harus dilakukan dari berbagai sisi. dari sisi infrastruktur. Pemerintah perlu mempercepat Pembangunan untuk tanggul laut (sea wall), pintu air otomatis, dan memperluas serta memperdalam saluran drainase. Jangan hanya tambal sulam harus ada perencanaan jangka panjang yang sangat menyeluruh untuk itu. Sungai-sungai yang penuh lumpur harus segera dinormalisasi/dikeruk agar aliran air lebih lancar saat hujan turun. Hal ini sangat bisa membantu meringankan dan mengantisipasi atas suatu bencana yang akan terjadi di kemudian masa yang akan datang di Kota Cirebon. Selain itu dari sisi lingkungan, perlu pengembalian fungsi lahan resapan yang sudah banyak sekali dikurangi, seperti pohon banyak sekali sudah ditebang, maka yang perlu kita lakukan adalah memperbanyak taman dan ruang terbuka hijau di tengah kota, serta menanam pohon-pohon yang bisa menyerap air. Dan wilayah pesisir juga bisa diperkuat dengan rehabilitasi mangrovenya agar air laut tidak mudah memasuki lahan warga, fungsi mangrove ini yang tidak hanya menahan gelombang air laut tapi juga jadi penyerap air alami.

Selanjutnya ada salah satu mitigasi dari sisi sosial dan edukasi kepada masyarakat Kota Cirebon. Perubahan kesadaran diri dan perilaku masyarakat yang sangat penting. Membuang sampah ke sungai atau got harus jadi kebiasaan yang ditinggalkan dan tidak di normalisasikan. Pemerintah dan sekolah bisa bekerja sama untuk mengedukasi anak-anak sejak dini tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak memperparah banjir. Tentu tidak hanya anak  anak saja, khususnya untuk semua masyarakat kita harus paham atas mitigasi bencana. Cara mudah nya adalah membuat seminar tentang menjaga lingkungan/tentang mitigasi bencana kepada masyarakat. Baik itu dalam kondisi langsung ataupun online melalui gmeet/zoonm di sisi teknologi. Cirebon bisa mulai mengembangkan sistem peringatan dini banjir, entah itu melalui sirine di kelurahan, aplikasi mobile, atau grup WhatsApp RW yang aktif. Hal ini akan membantu masyarakat bersiap lebih cepat saat tanda-tanda banjir mulai muncul. Semua elemen harus bekerja sama. Pemerintah tidak bisa sendirian. Warga juga tidak cukup hanya mengeluh dan diam saja. Dunia usaha, lembaga pendidikan, dan media lokal juga bisa berperan aktif menyuarakan dan ikut terlibat dalam penanganan masalah ini/isu terkini. Karena pada akhirnya, yang paling terdampak adalah kita semua sebagai penghuninya.

Marilah kita wujudkan perbaikan jangka panjang itu berjalan, kita juga harus tetap waspada. Musim hujan nggak bisa kita atur, tapi persiapan bisa kita lakukan. Mulai dari hal kecil untuk membiasakan membersihkan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta menjaga kesadaran untuk alam sekitar agar bisa mengurangi dampak suatu bencana yang akan terjadi kedepan. Membikin poster mitigasi dan siapkan jalur evakuasi kalau sewaktu-waktu banjir makin parah. Jangan anggap remeh karena air itu diam-diam naiknya cepat. Dan yang paling penting jangan diam. Jangan tunggu sampai rumah kebanjiran lagi baru bergerak. Perubahan itu dimulai dari langkah kecil, dari kebiasaan sehari-hari, dari obrolan antar tetangga, bergotong royong, meningkatkan kesolidaritasan semangat bersama demi menjaga Kota Cirebon yang kita cinta. Karena meski laut ada di depan, sungai di belakang, dan banjir sering datang ke tengah-tengah kita bukan berarti harapan ikut tenggelam. Harapan masih ada. Selama kita nggak tinggal diam, dan masih mempunyai kesadaran diri.

Banjir di Kota Cirebon Kota udah jadi semacam alarm. Alarm bahwa kota ini butuh perubahan. Bukan sekadar menunggu bantuan saat air udah setinggi lutut, tapi bergerak sejak sebelum hujan turun. Laut di depan, sungai di belakang, oke lah. Tapi bukan berarti kita harus pasrah di tengah-tengah. Kita semua bisa kok jadi bagian dari solusi. Mulai dari yang kecil-kecil buang sampah pada tempatnya, tanam pohon, jaga got, saling ingatkan, ikut bersih-bersih sungai. Pemerintah juga harus dengerin suara warga, dan bertindak nyata, bukan cuma janji. Karena jujur saja, kita semua cuma pengen satu hal rumah yang aman, jalan yang kering, dan tidur nyenyak meski hujan deras turun semalaman

Oleh: Freddy Yansa, Mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon




HOT NEWS

Ruang Bicara (RUBIC), Diskusi Akademis Mahasiswa PAI UIN SSC Kembali Digelar

  Kuningan News - Ruang Bicara (RUBIC) adalah agenda diskusi yang diadakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 2, yang akrab disebut Diamond Class. Pada Sabtu, (3/5/2025), RUBIC kembali dilaksanakan untuk kedua kalinya, yasng bertempat di Ma’had Jadid Al-Jami’ah. Agenda ini bertujuan untuk menciptakan ruang bagi para akademisi dan mahasiswa PAI 2D untuk berdiskusi, berbagi pemikiran, dan mendalami berbagai isu terkini dalam pendidikan agama. Diskusi kali ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran dan memperluas wawasan akademis mereka. Agenda RUBIC pada Sabtu, 3 Mei 2025 mengangkat tema “Bonus Demografi : Antara harapan besar dan ancaman masa depan”. Banyak yang memberikan pendapat yang berbeda beda, beberapa kutipan dari para akademisi yang berpendapat, diantaranya yaitu : 1. “Bonus Demografi jelas adalah peluang besar bagi kita untuk meningkat kan perekonomian Negara ini apabila dikelola dengan baik oleh pe...

KDM Dicegat Warga Awirarangan, Minta Tolong Tegakkan Keadilan

Kuningan News - Merasa jadi korban dugaan mafia tanah, pria asal Kelurahan Awirarangan Kecamatan Kuningan, Azis, menyetop Gubernur Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Kuningan Jum’at (2/5/2025). Di sekitar Kompleks Stadion Mashud Winusaputra Kuningan itu, ia mengaspirasikan ketidakadilan yang dialaminya terkait dengan pelelangan tanah miliknya. Tanah tersebut dilelang dengan harga yang sangat jauh dari nilai sebenarnya, yakni hanya Rp201 juta. Padahal sertifikat tanahnya ditaksir mencapai sekitar Rp1 miliar. Bukan hanya itu, Azis meyakini terjadi malprosedur dalam proses pengambilalihan hak kepemilikan lahan tersebut. Dalam laporannya, Aziz meminta tolong karena memang tanahnya “dirampas” oleh mafia. Ia merasa proses pelelangan tersebut tidak transparan dan penuh kejanggalan. Ia merasa dirugikan karena merasa tidak wajar dengan harga yang minim bisa memperoleh tanah dengan 3 bangunan di dalamnya.  “Saya merasa sangat dirugikan. Tanah saya seharusnya memiliki nilai yang jauh lebih ting...

Euleuh-euleuh... Pj Sekda Baru Tau Beli Karpet Pendopo

Kuningan News - Rupanya Pj Sekda Beni Prihayatno baru tahu soal pembelian karpet seharga Rp99 juta. Itu diungkapkannya sebelum Sholat Jumat (9/5/2025) saat dikonfirmasi kuningannews.com.  "Tanyanya ke bu kabag (Kabag Umum Setda, red) biar jelas. Saya juga baru tau, dan saya belum ketemu dengan bu kabag. Nanti saya panggil, baru saya telpon dan menjelaskan bahwa karpet sudah 15 tahun belum diganti," kelit Beni.  Sebelumnya Kabag Umum Setda, Eva Nurafifah menyebutkan, anggaran Rp99 juta itu untuk 3 buah karpet. Sementara di kuitansi pencairan yang telah beredar luas, angka sebesar itu hanya untuk 2 lembar karpet.  "Makanya soal itu ke bu kabag aja," jawab Beni yang terkesan melemparkan tanggungjawabnya meski selaku ketua TAPD.  Termasuk soal pengadaan Layar Interaktif yang menelan biaya Rp3,2 miliar, Beni belum memberikan keterangan. Terlebih saat ditanya dasar hukum pengadaan tersebut yang konon akibat gagal bayar tahun sebelumnya. (KN-1)

Menarik Nih.. Ampas Kopi Bisa Disulap Jadi Sabun

  Kuningan News - Mahasiswa calon guru Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Muhammadiyah Cirebon mengadakan kajian lingkungan yang inovatif dengan tema pemanfaatan limbah ampas kopi menjadi sabun kopi organik. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (6/5/2025), yang bertempat di Sekertariat Ikatan Mahasiswa Kuningan Wilayah Cirebon.  Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi kopi di daerah Kuningan serta memberikan solusi ramah lingkungan dalam pengolahan limbah. Kegiatan ini diawali dengan pemaparan tentang potensi wilayah Kuningan sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi. Daerah seperti Cilebak, Subang, Salajambe, dan Darma dikenal sebagai kawasan penghasil kopi robusta, sementara kopi arabika ditanam di daerah Cigugur, Cilimus, dan Mandirancan.  "Kuningan memiliki karakteristik rasa kopi yang unik, dipengaruhi oleh kondisi geografis dan jenis tanaman di sekitarnya," Ujar Agnita Priandini, S. Pd sebagai salah satu Mahasis...

Geger! Nekad Tenteng Pisau ke Mie Gacoan, Pemuda Ini Langsung Diamankan, Ternyata...

Kuningan News -  Kejadian menggegerkan terjadi di Mie Gacoan Kuningan yang terletak di jalan Aruji Kartawinata Kuningan pada Senin (28/4/2025) kemarin malam sekitar pukul 20.30 WIB malam. Pasalnya seorang pemuda nekad nenteng senjata tajam, pisau. Aksi nekadnya itu membuat orang sekitar panik dan takut. Alhasil ia segera diamankan paksa. Mulanya ia diduga berniat melukai salah satu pegawai atau pengunjung yang tengah berada di Mie Gacoan. Ia diseret keluar oleh beberapa orang termasuk pegawai. Video pengamanannya itu menyebar cepat di media sosial.  Usut punya usut, ternyata lelaki itu datang bukan karena ingin melukai orang. Justru ia ingin melukai diri sendiri, bahkan mengaku akan bundir (b*n*h d*r*) di depan seorang pegawai Mie Gacoan, mantan kekasihnya. Ia nekat melakukan aksi tersebut, karena merasa sakit hati diputuskan sang pujaan hati. apalagi, saat ini sang mantan sudah punya pelabuhan hati baru. Aksi nekad itu dilakukan lelaki inisia AA (19) asal Kecamatan Cigandamek...

Semarak Harlah ke-65 PMII UINSSC: Angkat Isu Bonus Demografi, Anugerah atau Musibah?

  Kuningan News - Dalam rangka memperingati Hari Lahir ke-65 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), PMII Komisariat UIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar seminar diskusi panel bertema "Peran PMII di Era Bonus Demografi dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045".  Acara yang berlangsung pada Jum'at, (2/5/2025), dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat termasuk mahasiswa, akademisi, dan tokoh masyarakat. Diskusi ini menghadirkan empat panelis dari berbagai latar belakang Praktisi dan Akademik, yaitu:   1. ⁠Husnul Khotimah, S.Fil.I., M.H. 2. Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag.  3. Dr. Moh Ali, M.Pd.I.   4. Prof. Dr. Moh Jamali, M.Ag. Seminar ini bertujuan untuk membahas potensi dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi bonus demografi, yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2045.  Dalam sesi diskusi, salah satu audiens, Fuji Nurohman, mengajukan pertanyaan kritis terkait dampak bonus demografi. Ia mempertanyakan apakah fenomena...

Lagi Sholat Subuh, Motor Beat Diembat Maling

Kuningan News - Insiden curanmor kembali terjadi, Minggu (4/5/2025) pagi sekitar pukul 04.45 WIB. Warga Desa Cilowa Kecamatan Kramatmulya, putra dan keponakan dari Alm Ajis (53), kehilangan motornya saat ia sholat subuh. Peristiwa ini terjadi di halaman parkir Masjid Baiturrahim Desa Cilowa. Seperti biasa, korban melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid setempat dengan mengendarai sepeda motor Honda Beatnya berwarna biru.  Namun Minggu pagi itu korban tersentak kaget ketika hendak pulang. Motor Beat dengan Nopol E 5653 YAX tersebut tidak terlihat lagi di halaman masjid.  Padahal biasanya korban cukup teliti dan waspada dengan mengunci ganda sepeda motornya. Tapi dugaan kuat motor tersebut sudah diincar penjahat sehingga ketahuan titik lengah korban.  "Jadi posisi motor lagi diparkir di parkiran masjid. Kondisi motornya dikunci dan dilock, cuma kebetulan memang lampu pelataran masjid itu konslet dan efeknya di cctv ga keliatan," tutur Dika, saudara korban.  Sete...