Kuningan News: ekonomi
Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 November 2024

Pemberdayaan Warga Cikondang Lewat Pelatihan Ekonomi Kreatif

 

Kuningan News – Sebagai upaya memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya lokal, Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) digelar di Kabupaten Kuningan, Selasa (26/11/2024). Program itu merupakan kolaborasi Universitas Terbuka (UT), Universitas Islam Al-Ihya (Unisa) Kuningan, dan Universitas Kuningan (Uniku) melalui pelatihan bertajuk Analisis Ekonomi dan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

Pelatihan tersebut dirancang untuk mendukung kemandirian ekonomi Desa Cikondang, Kecamatan Hantara. Materi yang disampaikan meliputi Analisis Ekonomi oleh Rina Rismaya, M.Si., PIRT oleh Athiefah Fauziyyah, M.Si., serta Optimalisasi Toko Online oleh Adhi Susilo, Ph.D.

Kartika, M.Si., yang merupakan salah satu anggota tim dari Unisa menjelaskan, pelatihan ini bertujuan menciptakan peluang usaha lokal berbasis inovasi. Program tersebut melibatkan tim yang terdiri dari enam orang, termasuk perwakilan dari Universitas Terbuka, Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, dan Universitas Kuningan. Tim tersebut diketuai oleh Adhi Susilo, Ph.D., dengan dukungan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Kami ingin memberdayakan warga desa agar dapat mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai jual tinggi. Dengan begitu, masyarakat dapat mandiri secara ekonomi," ujarnya.

Pelatihan tersebut melibatkan warga secara aktif dengan metode partisipatif, mulai dari sosialisasi, pengenalan teknologi, hingga pendampingan produksi. Pada sesi sebelumnya di bulan September, warga diajak memanfaatkan tepung umbi ganyong dan bunga telang sebagai bahan dasar produk inovatif seperti snack bar dan brownies.

Selain itu, program ini memberikan dukungan berkelanjutan melalui monitoring dan evaluasi. Kartika menyebutkan bahwa pendampingan berkala dilakukan untuk memastikan keberlanjutan program.

"Kami tidak hanya berhenti pada pelatihan, tetapi juga mendampingi warga untuk memastikan hasil produksi mereka terus berkembang dan memiliki daya saing di pasar," tambahnya.

Program tersebut melibatkan tim yang terdiri dari enam orang, termasuk perwakilan dari Universitas Terbuka, Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, dan Universitas Kuningan. Tim tersebut diketuai oleh Adhi Susilo, Ph.D., dengan dukungan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (KN-9)

 

Selasa, 19 November 2024

Dari Agraris ke Perdagangan, Transformasi Awirarangan

 


Kuningan News - Kelurahan Awirarangan, sebuah wilayah yang kini terletak di sekitar pusat pemerintahan Kuningan, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dipahami. Untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan kelurahan ini, kami berbincang langsung dengan Plt. Lurah Awirarangan (Budiman, S.E., M.Si)  yang menjelaskan berbagai hal mulai dari asal usul nama hingga dinamika sosial ekonomi masyarakatnya.

 

Asal Usul Nama dan Sejarah Awal

Menurut Plt. Lurah Awirarangan (Budiman, S.E., M.S.)i, nama "Awirarangan" memiliki arti yang sangat terkait dengan lingkungan alam. "Awi" dalam bahasa Sunda berarti bambu, sementara “rarangan” berarti terlarang atau dilindungi. “Dahulu, masyarakat setempat sering menyebut wilayah ini sebagai daerah yang dipenuhi oleh rumpun bambu yang lebat. Dalam kepercayaan masyarakat, bambu ini dianggap sakral dan perlu dilindungi,” jelasnya. Hal ini mungkin menjadi dasar penamaan Awirarangan.

Kelurahan Awirarangan diperkirakan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda ketika administrasi wilayah mulai disusun lebih terstruktur. Pada waktu itu, Kuningan menjadi salah satu daerah strategis yang berkembang pesat, dan wilayah Awirarangan mulai mengalami pembentukan sebagai satuan administratif.

 

Perkembangan Masyarakat dan Ekonomi

Dalam perjalanan waktu, Awirarangan terus berkembang. Plt. Lurah (Budiman, S.E., M.Si) menjelaskan bahwa masyarakat Awirarangan semula adalah masyarakat agraris yang mengandalkan lahan pertanian dan perkebunan. Namun, seiring pembangunan yang semakin pesat di pusat Kota Kuningan, masyarakat mulai beralih ke sektor perdagangan dan jasa. “Banyak penduduk yang sekarang bekerja di bidang perdagangan, jasa, bahkan beberapa membuka usaha kecil di rumah mereka sendiri,” ujarnya.

Dengan adanya jalan-jalan utama yang menghubungkan wilayah Awirarangan ke pusat kota, akses masyarakat untuk mencari penghidupan juga semakin terbuka. Masyarakat yang semula bergantung pada pertanian kini mulai melakukan diversifikasi ekonomi, dan Plt. Lurah menyebutkan bahwa ini adalah hal positif karena meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kami mendorong warga untuk berinovasi, baik di sektor ekonomi maupun sosial,” tambahnya.

 

Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal

Di tengah perubahan zaman, budaya Sunda yang khas tetap melekat dalam kehidupan masyarakat Awirarangan. Plt. Lurah menjelaskan bahwa setiap tahun masyarakat masih mengadakan tradisi seperti sedekah bumi, perayaan hari besar keagamaan, dan berbagai acara adat. “Ini menjadi salah satu upaya kami dalam mempertahankan nilai budaya dan kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang kita,” jelasnya dengan bangga.

Selain itu, budaya gotong royong yang sudah mengakar sejak lama tetap menjadi ciri khas masyarakat Awirarangan. Setiap ada acara kemasyarakatan atau pembangunan fasilitas umum, warga secara sukarela bergotong royong. Menurut Plt. Lurah, “Ini adalah nilai yang ingin kami lestarikan, karena gotong royong adalah warisan yang sangat berharga bagi masyarakat kita.”

 

Tantangan dan Harapan ke Depan

 

Plt. Lurah juga berbagi pandangan mengenai tantangan yang dihadapi Kelurahan Awirarangan di masa sekarang, termasuk tantangan dari sisi modernisasi dan urbanisasi. “Dengan berkembangnya wilayah ini, kami menghadapi tantangan dalam hal pengelolaan lahan dan lingkungan. Kami harus berhati-hati agar pembangunan yang ada tidak merusak lingkungan dan tetap mempertahankan ruang hijau,” ungkapnya.

Urbanisasi juga membawa tantangan dalam bentuk perubahan pola hidup masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang lebih terbuka terhadap pengaruh global. Namun, Plt. Lurah optimis bahwa dengan dukungan dari pemerintah dan kerjasama masyarakat, kelurahan ini bisa menghadapi tantangan tersebut. “Kami berharap masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan, tapi tetap memegang teguh nilai-nilai tradisional dan adat,” jelasnya.

Selain itu, Plt. Lurah menjelaskan bahwa salah satu program utama pemerintah kelurahan adalah mendorong pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini dianggap penting agar pemuda Awirarangan dapat menjadi motor penggerak kemajuan kelurahan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.

Berdasarkan wawancara dengan Plt. Lurah Awirarangan, terlihat bahwa kelurahan ini memiliki sejarah yang panjang dan potensi besar untuk berkembang. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi dan perubahan sosial, masyarakat Awirarangan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal dan budaya Sunda yang menjadi identitas mereka. Dukungan pemerintah kelurahan, bersama partisipasi aktif masyarakat, menjadi kunci agar Awirarangan dapat maju tanpa kehilangan jati dirinya.

Plt. Lurah mengungkapkan harapannya agar Awirarangan bisa menjadi contoh kelurahan yang harmonis antara perkembangan modern dan pelestarian budaya. "Kami ingin masyarakat Awirarangan tidak hanya maju dari sisi ekonomi, tapi juga tetap menjaga dan menghargai warisan leluhur," tutupnya.

Penulis : Andri Andriyana (Mahasiswa Teknologi Pangan Unisa Kuningan)

Senin, 11 November 2024

Linggajati, Desa Pertanian Produktif yang Menjadi Wisata Sejarah di Kuningan

Kuningan News – Linggajati merupakan Desa yang dipayungi oleh Gunung Cirema.  Terletak di bawah kaki Gunung Ciremai Kec.Cilimus Kab.Kuningan. Desa tersebut terdiri atas 4 Dusun dan 18 RT dengan jumlah penduduk yang tercatat sejak tahun 2023 sebanyak 4.082 jiwa.

Penduduk Desa Linggajati 70 % persen adalah usia produktif. Hal itu dikatakan langsung oleh Kaur Perencanaan Desa Linggajati, Dwi Alfin Lingga Kusuma, untuk profesinya sebagian besar bekerja sebagai petani sawah dan kebun.

“Sebagian besar penduduk Desa Linggajati bekerja sebagai petani, banyak sekali lading sawah di Desa Linggajati yang di tanami oleh Ubi jalar, Padi, Jagung, Kacang-kacangan, berbagai macam jenis sayur seperti sawi dan daun bawang. Lalu petani yang sering berkebun biasanya mereka memiliki pohon kopi dan cengkeh, Kopi khas Desa Linggajati sudah beredar di sekitar Kab.Kuningan sampai ke luar kota,” ujarnya, Kamis (31/10/2024).

Selain itu, Desa Linggajati juga memiliki sejarah Batu Lingga, Batu Lingga terletak di jalur pendakian Gunung Ciremai Via Linggajati. Batu Lingga merupakan tempat pertapaan Sunan Gunung Jati untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi peperangan melawan penjajah Portugis.

“Desa Linggajati juga memiliki sejarah Batu Lingga, yang konon katanya menjadi tempat bertapa Sunan Gunung Jati untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi peperangan melawan penjajah Portugis” tambahnya

Dilla, mahasiswa Unisa Kuningan Prodi Teknik Pangan yang saat itu mewancarai langsung Dwi, mencoba mengupas potensi lainnya. Disebutkan, Linggajati juga menjadi Desa Wisata, Desa Linggajati memiliki tempat Wisata yang banyak di datangi oleh wasatawan dari luar kota maupun luar negeri.

“Desa Linggajati juga memiliki tempat wisata, diantaranya yaitu Gedung Perundingan Linggajati dengan sejarah meja bundar jaman penjajahan melawan Belanda, Obyek Wisata Lingajati, Ghiffary Valley. Selain itu ada juga tempat untuk bersantai sambal meminum kopi khas Desa Linggajati yaitu ada Kaligane Kopi, Sasadulur Kopi, Obim Village, Ubi Manis dan SeLou,” pungkasnya. (KN-9)

 

 

Minggu, 10 November 2024

Top 5 Penghasil Tembakau Terbanyak di Kabupaten Kuningan

 


Kuningan News - Kabupaten Kuningan di Provinsi Jawa Barat dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki lahan subur untuk pertanian tembakau. Tembakau dari Kuningan menjadi komoditas penting bagi masyarakat, terutama bagi petani yang menggantungkan hidup mereka pada hasil bumi ini. Dari sekian banyak kecamatan di Kuningan, lima kecamatan tercatat sebagai penghasil tembakau terbesar, dengan Kecamatan Darma sebagai penyumbang terbesar. Berikut adalah ulasannya:

1. Kecamatan Darma

Kecamatan Darma menempati posisi pertama sebagai penghasil tembakau terbesar di Kabupaten Kuningan dengan produksi mencapai 45,82 ton. Keunggulan ini berkat kondisi geografis dan iklim yang cocok untuk budidaya tembakau. Tembakau dari Darma terkenal karena kualitasnya yang baik dan aroma yang khas, sehingga banyak diminati oleh pasar lokal maupun nasional.

2. Kecamatan Jalaksana

Di posisi kedua, Kecamatan Jalaksana menyumbang 4,80 ton tembakau. Meskipun produksinya tidak sebesar Darma, Jalaksana memiliki potensi besar untuk terus meningkatkan hasil panennya. Para petani di Jalaksana juga memanfaatkan teknik budidaya yang cukup maju untuk mempertahankan kualitas tembakau yang dihasilkan.

3. Kecamatan Pancalang

Pancalang berada di urutan ketiga dengan produksi tembakau sebesar 4,45 ton. Sebagai wilayah yang dikenal dengan keanekaragaman hasil pertaniannya, Pancalang menjadikan tembakau sebagai salah satu komoditas penting. Para petani di Pancalang menggunakan lahan secara efektif untuk menghasilkan tembakau berkualitas.

4. Kecamatan Cibeureum

Kecamatan Cibeureum berada di posisi keempat dengan produksi tembakau mencapai 4,08 ton. Meski tidak sebesar tiga kecamatan sebelumnya, Cibeureum tetap menunjukkan potensi besar dalam sektor pertanian tembakau. Dengan lahan pertanian yang memadai, Cibeureum diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya di masa mendatang.

5. Kecamatan Garawangi

Di posisi kelima adalah Kecamatan Garawangi, dengan produksi sebesar 3,22 ton. Garawangi memiliki kondisi tanah yang baik untuk budidaya tembakau, meskipun tantangan seperti keterbatasan teknologi pertanian menjadi perhatian utama para petani. Dengan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, Garawangi diharapkan mampu meningkatkan hasil panennya.

Meski memiliki potensi yang besar, sektor tembakau di Kabupaten Kuningan menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan iklim, akses terbatas ke teknologi modern, serta fluktuasi harga pasar. Dukungan dari pemerintah dan pihak terkait sangat dibutuhkan untuk membantu petani meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, sekaligus memastikan keberlanjutan ekonomi di sektor pertanian.

Kecamatan Darma, Jalaksana, Pancalang, Cibeureum, dan Garawangi merupakan lima besar penghasil tembakau di Kuningan yang berkontribusi besar terhadap perekonomian daerah. Ke depan, dengan pengembangan teknologi dan dukungan penuh dari berbagai pihak, sektor tembakau di Kuningan diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat setempat. (KN-9)

Sabtu, 09 November 2024

7 Daerah Penghasil Kopi Terbesar di Kabupaten Kuningan


Kuningan News - Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga sebagai salah satu wilayah penghasil kopi berkualitas. Dari perkebunan yang tersebar di berbagai kecamatan, kopi Kuningan semakin diminati karena cita rasanya yang khas dan potensinya yang menjanjikan. Berikut adalah tujuh daerah penghasil kopi terbesar di Kuningan berdasarkan jumlah produksi per tahun.

1. Kecamatan Darma

Kecamatan Darma menjadi penghasil kopi terbesar di Kuningan dengan total produksi mencapai 104 ton per tahun. Didukung oleh kondisi tanah yang subur dan iklim yang cocok untuk tanaman kopi, hasil dari Darma memiliki kualitas yang disukai konsumen, baik lokal maupun nasional.

2. Kecamatan Selajambe

Di posisi kedua, Kecamatan Selajambe menyumbang 77 ton kopi per tahun. Wilayah ini dikenal dengan topografi pegunungan yang membuat kopi yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa yang unik, memberikan karakter khas yang disukai penikmat kopi.

3. Kecamatan Hantara

Kecamatan Hantara menghasilkan sekitar 72,85 ton kopi per tahun, menjadikannya salah satu produsen utama di Kuningan. Hantara dikenal dengan biji kopinya yang memiliki cita rasa berimbang, menjadikannya favorit di kalangan peminum kopi.

4. Kecamatan Subang

Kecamatan Subang menyumbang sekitar 60 ton kopi per tahun. Di kecamatan ini, perkebunan kopi terus berkembang, dan biji kopi yang dihasilkan terkenal dengan karakter yang kuat dan sedikit rasa pahit yang disukai.

5. Kecamatan Ciniru

Kecamatan Ciniru menyumbangkan produksi kopi sebesar 57,5 ton per tahun. Wilayah ini memiliki lahan perkebunan yang luas dan dikenal menghasilkan kopi dengan cita rasa yang sedikit asam dan aroma yang kuat.

6. Kecamatan Cilimus

Kecamatan Cilimus menghasilkan sekitar 41,65 ton kopi setiap tahunnya. Meskipun berada di urutan keenam, Cilimus terus mengembangkan potensi kopinya dengan meningkatkan teknik budidaya untuk menghasilkan kualitas terbaik.

7. Kecamatan Cilebak

Kecamatan Cilebak menutup daftar tujuh besar dengan produksi 37,27 ton per tahun. Kopi dari Cilebak memiliki cita rasa khas yang disukai oleh penikmat kopi karena kelembutannya, serta menjadi andalan bagi masyarakat sekitar.

Kopi dari tujuh daerah di Kuningan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kuningan memiliki potensi besar dalam industri kopi nasional. Dengan pengelolaan yang baik, perkebunan kopi di Kuningan dapat semakin dikenal luas dan membawa nama daerah ini sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di Indonesia. (KN-9)

Jumat, 08 November 2024

Top 10 Daerah Penghasil Kelapa Terbanyak di Kuningan

 


Kuningan News - Kelapa merupakan salah satu komoditas penting di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dengan berbagai kecamatan yang berkontribusi terhadap produksi kelapa yang melimpah. Data terbaru menunjukkan sepuluh kecamatan dengan produksi kelapa tertinggi, di mana Kecamatan Garawangi menempati posisi puncak. Berikut adalah daftar lengkapnya :

1. Kecamatan Garawangi 

Kecamatan Garawangi berada di peringkat pertama dengan produksi kelapa mencapai 275,87 ton. Angka ini menunjukkan bahwa kecamatan ini memiliki potensi besar dalam budidaya kelapa yang dapat terus dikembangkan.

2. Kecamatan Ciawigebang 

Kecamatan Ciawigebang menempati posisi kedua dengan produksi kelapa sebesar 251,39 ton. Produksi ini memperkuat peran Ciawigebang dalam menyediakan kelapa untuk kebutuhan lokal maupun pasar luar daerah.

3. Kecamatan Kramatmulya

Kecamatan Kramatmulya berada di peringkat ketiga dengan produksi mencapai 183,26 ton. Hasil ini mencerminkan kontribusi besar daerah ini dalam rantai pasokan kelapa di Kuningan.

4. Kecamatan Ciwaru

Dengan produksi sebanyak 172,9 ton, Kecamatan Ciwaru menjadi salah satu wilayah yang cukup produktif dalam menghasilkan kelapa di Kuningan.

5. Kecamatan Luragung

Kecamatan Luragung menduduki peringkat kelima dengan produksi sebesar 165,98 ton. Potensi ini membuka peluang untuk pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah ini.

6. Kecamatan Cilimus

Kecamatan Cilimus, dengan produksi kelapa mencapai 163,77 ton, menempati posisi keenam. Kelapa yang dihasilkan dari daerah ini cukup signifikan dan berpotensi mendukung industri berbasis kelapa.

7. Kecamatan Subang

Kecamatan Subang berada di peringkat ketujuh dengan total produksi 160,97 ton. Angka ini menunjukkan bahwa Subang memiliki lahan perkebunan kelapa yang cukup produktif.

8. Kecamatan Selajambe

Kecamatan Selajambe menempati peringkat kedelapan dengan produksi kelapa sebanyak 133,84 ton, menjadikannya daerah yang memiliki kontribusi besar dalam produksi kelapa di Kuningan.

9. Kecamatan Mandirancan 

Selanjutnya, Kecamatan Mandirancan menghasilkan 133,73 ton kelapa. Jumlah ini hanya berbeda tipis dengan Selajambe, menunjukkan bahwa Mandirancan juga merupakan salah satu daerah penting dalam produksi kelapa.

10. Kecamatan Ciberuerum

Kecamatan Ciberuerum melengkapi daftar sepuluh besar dengan total produksi kelapa sebesar 90,05 ton. Meskipun berada di posisi kesepuluh, produksi kelapa di daerah ini tetap signifikan dan berkontribusi pada ekonomi lokal. 

Produksi kelapa di Kuningan memberikan kontribusi yang besar bagi ekonomi daerah serta membuka peluang pengembangan produk berbasis kelapa. Pemerintah daerah dan para petani dapat bekerja sama untuk terus mengembangkan potensi ini, baik dalam meningkatkan kualitas produksi maupun dalam memperluas pasar. Dengan perencanaan dan dukungan yang tepat, sektor kelapa di Kuningan memiliki prospek cerah untuk terus tumbuh dan menjadi komoditas unggulan daerah. (KN-9)

Kamis, 07 November 2024

Mengenal Desa Galaherang: Jejak Sejarah, Keindahan Alam, dan Kuliner Khas yang Menggoda


Kuningan News - Desa Galahaerang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah hukum Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan, awalnya merupakan suatu daerah yang merupakan pembukaan lahan oleh para pejuang Mataram yang berekspansi ke wilayah tersebut (Galaherang). Mereka mendirikan sebuah tempat pemukiman. Beberapa nama para pejuang yang dikenal bernama Syekh Jamaludin Malik. Ia mempunyai dua orang putra bernama Mbah Buyut Arsanudin dan Mbah Buyut Arsanata. Kedua orang inilah yang menjadi sosok dalam kisah cikal bakal terbentuknya nama Galaherang. Konon katanya, pada waktu itu Mbah Buyut Arsanata menancapkan sebuah tongkat dengan cara berjalan, tongkat itu dimaksud untuk mencari sumber mata air yang sekarang disebut sungai Cigalaherang.

Desa Galaherang memiliki luas wilayah ±32 km², berada diketinggian 1000-1500 Mdpl dengan iklim tropis. Secara administratif terdiri dari 6 Rukun Warga dan 11 Rukun Tetangga yang dibagi dalam 6 Dusun. Desa ini memiliki populasi jumlah penduduk 4.039 orang, dan jumlah kepala keluarga 1.211 orang. Karena luas wilayah dan besarnya populasi penduduk, dalam sejarahnya desa ini pernah dimekarkan menjadi Desa Mekarsari yang terletak di sebelah Barat Desa Galaherang. Desa Mekarsari menjadi jalur utama memasuki wilayah Desa Galaherang. Warga di Desa Galaherang ini mayoritas berprofesi petani, selebihnya berdagang dan pegawai pemerintah.

Desa Galaherang  memiliki destinasi wisata yang menawarkan keindahan panorama, dan keramah tamahan warga desanya seperti desa lainnya di Kabupaten Kuningan. Tentunya masing-masing desa punya ciri khas dan keunikan tersendiri, baik panorama alam, kuliner, budaya, kesenian, dan sumber daya alam yang dimiliki sebagai kekayaan dan aset desa.

Tidak terkecuali di Desa Galaherang, Kecamatan Maleber yang dikenal memiliki keindahan panorama alam pedesaan yang eksotik, kuliner tradisional yang unik khas panganan kampung, dan sentra kerajinan dari bahan batu yang diambil dari gunung. Desa ini juga masih menjaga tradisi budaya wawar, kesenian rudat, dan pencak silat yang diwariskan dari para leluhur pendiri desa.

Kekayaan wisata desa dan kearifan lokal yang dimiliki, Desa Galaherang mampu menawarkan pengalaman baru bagi wisatawan yang berkunjung ke desa yang dikenal saat ini tengah menjadikan desanya sebagai sentra budidaya perikanan lele.

Desa Galaherang berada di sebelah Timur Kota Kuningan. Butuh waktu 25 menit perjalanan dengan kendaraan roda dua untuk bisa sampai ke Desa Galaherang. Desa ini bertetangga dengan Kecamatan Lebakwangi di sebelah Utara, dan Kecamatan Luragung di sebelah Timur. Sebelah Utara desa terdapat bentang panjang daerah aliran sungai (DAS) Cisanggarung, yang aliran airnya bermuara di Laut Cirebon.

Saat mengunjungi Desa Galaherang, kamu bisa mengunjungi beberapa destinasi wisata menarik. Banyak juga spot bagus untuk berswafoto dengan beda-beda tema lokasi destinasi. Berikut beberapa lokasi wisata yang bisa kamu jelajah :


1. Bukit Pasir Ipis

Wisatawan bisa menikmati panorama alam dari Bukit Pasir Ipis. Lokasi ini tepat berada di daerah perbukitan di bawah kaki gunung Kalaban, yang sekelilingnya kamu bisa melihat hijaunya gunung dan hutan, area perkebunan, hamparan persawahan dan aliran sungai Cisanggarung yang membentang panjang. Kamu juga bisa mendirikan tenda untuk berkemah.

Disaat memasuki musim membajak sawah, menanam padi, dan saat panen, pengunjung bisa ikut membantu aktivitas kerja petani turun ke sawah. Saat membantu petani, disini kamu bisa merasakan dan mendapat pengalaman baru menjadi petani. Di dekat Pasir Ipis tidak jauh dari makam Mbah Buyut Sanding Gunung sang pendiri dan kepala Desa Galaherang pertama, kamu juga bisa mengunjungi aliran sungai kecil yang sumber airnya langsung dari Gunung Kalaban.

Menurut Kepala Desa Galaherang, Tata Subrata ia menjelaskan, Pemdes tengah membangun pengembangan Bukit Pasir Ipis. Kedepan, Bukti Pasir Ipis dengan luas area ±30 hektar akan dijadikan wisata buah. Jenis buah yang akan ditanam antara lain mangga, duren dan alpukat. Saat ini sudah ditanam pohon mangga. Selain wisata buah, Bukit Pasir Ipis akan dibangun sentra Peternakan Sapi khusus penggemukan. Tata menambahkan, pemdes sudah membangun akses jalan menuju lokasi Bukit Pasir Ipis.

2. Curug Goong

        Setelah dari Bukit Pasir Ipis disebelah barat desa, kamu bisa melanjutkan perjalanan mengunjungi Curug Goong di sebelah kidul (Selatan) desa. Di lokasi ini kamu bisa sepuasnya bersuka ria main air sungai. Bisa merasakan sensasi di guyur dari curugan air setinggi ±10 meter. Curug Goong ini berada di aliran sungai yang sumber airnya langsung dari Gunung Kalaban.

Curug Goong sendiri berada di lembah gunung Kalaban, dengan pemandangan di sekelilingnya hijau hutan yang lebat, perkebunan, dan area persawahan. Di sini kamu bisa menghirup udara segar dan suasana yang sejuk, ditemani suara-suara indah dari kicauan burung di habitat hutan.

Adapun kuliner khas Galaherang yaitu :

1. Rujak Ulek Bi Kinoh

Desa Galaherang juga dikenal dengan makanan rujak ulek buatan Bi Kinoh. Lapak dagangnya berada di Blok Desa, Ibukota Desa Galaherang. Lebih dari 40 tahun Bi Kinoh membuka usaha rujak ulek, dibantu suaminya Mang Boja. Hampir dipastikan warga Desa Galaherang yang tinggal di rantau kangen dengan rujak ulek Bi Kinoh. Setiap momen lebaran lapak rujaknya akan diserbu pelanggan setianya.

Bahan rujak ulek terdiri dari beberapa jenis buah segar, seperti mangga, boled (ubi), pepaya, pisang keueus (pisang batu), timun, jambu air, dan beberapa jenis buah lainnya. Bahan bumbunya terdiri dari cabai, gula merah, asam jawa, garam, terasi dibakar, dan kecap. Rujak ulek disajikan di daun pisang. Akan jadi enak saat bumbu diracik dan di ulek oleh tangan terampil Bi Kinoh. Dijamin kamu akan mersakan sensasi beda makan rujak ulek Bi Kinoh.

2. Golono

Desa Galaherang juga punya banyak makanan khasnya, seperti kue pareredan, kue satu, tumpi, rengginang, papais monyong, adas, cuhcur dan lainnya. Pangan kampung yang paling populer di desa ini adalah Golono.

Memang unik nanamanya, Golono dibuat dari bahan ampas tahu. Lalu ampas tahu dibuat menjadi adonan dengan campuran beberapa jenis bumbu. Lalu di goreng dengan tepung terigu. Golono enak disajikan untuk dimakan saat panas dengan rasa pedas. Biasanya Golono jadi pendamping saat makan surabi, bisa juga dengan nasi.

Penulis : Maulida Ulpa (Mahasiswa Unisa Kuningan Prodi PSY)

Jumat, 01 November 2024

Top 4 Kecamatan Penghasil Kayu Terbanyak di Kuningan


Kuningan News – Kabupaten Kuningan dikenal sebagai salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki kekayaan alam berlimpah, termasuk hasil kayu dari berbagai jenis tanaman hutan. Produksi kayu di Kuningan tersebar di beberapa kecamatan, dengan empat kecamatan yang menjadi kontributor terbesar.

1. Kecamatan Karangkancana 

Menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kayu terbanyak, Kecamatan Karangkancana menyumbang 1.249.883 kilogram kayu. Jumlah ini menunjukkan tingginya potensi kehutanan di wilayah tersebut, didukung oleh kondisi alam yang mendukung pertumbuhan berbagai jenis pohon kayu berkualitas.

2. Kecamatan Cimahi

Di posisi kedua, Kecamatan Cimahi menghasilkan 939.339 kilogram kayu. Meski lebih rendah dari Karangkancana, Kecamatan Cimahi masih menyumbang jumlah kayu yang signifikan bagi kebutuhan kayu di Kuningan dan sekitarnya, mengukuhkan daerah ini sebagai salah satu pusat produksi kayu.

3. Kecamatan Cibingbin

Selanjutnya, Kecamatan Cibingbin menempati posisi ketiga dengan produksi kayu mencapai 798.735 kilogram. Wilayah ini terus berupaya mengelola hasil hutan dengan baik, mengoptimalkan lahan yang ada untuk memastikan kelangsungan hasil produksi yang stabil.

4. Kecamatan Hantara

Di urutan keempat adalah Kecamatan Hantara, dengan jumlah produksi kayu sebanyak 430.996 kilogram. Meskipun lebih rendah dibandingkan ketiga kecamatan lainnya, kontribusi Hantara tetap berperan penting dalam menjaga ketersediaan kayu di Kabupaten Kuningan.

Keempat kecamatan ini secara keseluruhan menyumbang jumlah kayu yang cukup besar untuk Kabupaten Kuningan. Dengan potensi alam yang mendukung, daerah-daerah ini diharapkan mampu menjaga kelestarian hutan sambil meningkatkan efisiensi produksi kayu yang berkelanjutan. (KN-9)